Skip to main content

SEDIAAN FARMASI

Sediaan obat secara umum dapat berupa padat pada umumnya sebagai obat dalam, yaitu puyer, tablet dan kapsul. Selain itu ada pula sediaan obat yang berbentuk larutan, misalnya sirup, emulsi, suspensi dan larutan biasa. Digunakan sebagai obat dalam, tapi sebagian merupakan sediaan obat luar berbentuk setengah padat seperti salep/krim dan lotion.

Bentuk Sediaan Obat Secara Umum
1. Bentuk Sediaan Obat Padat
A. Serbuk (PULVIS dan PULVERES)
Serbuk adalah bentuk sediaan dengan campuran yang homogen yang mengandung dua atau lebih obat yang diserbukkan. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat dalam. Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama ± 500 mg (penyimpangan serbuk < 10%) dan biasanya dikemas dengan bahan pengemas berupa kertas perkamen ataupun yang lainnya yang sesuai juga digunakan hanya sebagai obat dalam. Sedangkan untuk obat luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur) adalah bahan atau campuran obat yang homogeny dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk, bebas dari butiran kasar, dan harus bebas dari bakteri. Sterilisasi serbuk dengan melakukan pemanasan kering pada suhu 150˚C selama 60 menit.
Sifat Pulveres  :
    Sesuai untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan ;
    Penyerapan atau absorbsi obat pada target terapi lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet ;
    Tidak cocok digunakan untuk obat yang mempunyai rasa yang tidak menyenangkan, dapat rusak dalam lambung, obat bersifat iritatif, dan obat yang mempunyai dosis terapi yang rendah.
Sifat Pulvis adspersorius :
    Selain bahan obat, mengandung bahan pelicin, dalam pembuatan serbuk bahan obat dicampur dengan talk atau dengan dolus alba tidak dengan ZnO.
    Sebagai pelumas harus bebas dari bakteri ;
    Tidak cocok digunakan untuk luka terbuka.
Cara Peyimpanan Serbuk :
Serbuk harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar, dan terlindung dari paparan sinar matahari. Contoh Serbuk yaitu bedak yang mengandung Asam Salisilat (Pulv. Adspersorius); Serbuk Oralit (Pulvis untuk obat dalam untuk terapi diare).
Cara Mengenal Kerusakan Serbuk :
Adapun kerusakan serbuk secara makroskopik dapat dilihat dari adanya serbuk yang menggumpal karena kelembapan tinggi dan terjadinya perubahan warna serbuk. Adapun kerusakan serbuk secara mikroskopik dapat dilihat dari adanya bau yang tidak enak.

B. KAPSUL
Kapsul adalah bentuk sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat dengan atau tanpa bahan tambahan yang terbungkus cangkang kapsul yang umumnya terbuat dari gelatin atau Metilsellulosa atau bahan lain yang cocok. Cangkang tersebut dapat larut dan dapat dipisahkan dari isinya.
1. Kapsul lunak (Soft Capsule) umumnya berisi bahan obat berupa minyak/cairan obat dalam fase cair dan dapat diberi warna. Cangkang kapsul lunak dibuat dari Gelatin ditambah Gliserin atau alkohol polihidris seperti sorbitol untuk melunakkan gelatinnya.
2. Kapsul keras (Hard Capsule) umumnya berisi bahan obat yang kering. Cangkang kapsul keras dibuat dari gelatin, gula dan air yang tidak berwarna dan tidak memiliki rasa.

Cara Mengenal Kerusakan Kapsul :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna, adanya bau yang tidak enak, tidak padat sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau menggumpal.

Cara Penyimpanan Kapsul :
Kapsul harus disimpan dalam wadah tertutup, ditempat yang sejuk dan terlindung dari paparan sinar matahari dan sebaiknya dalam wadah yang diberi zat pengering.

Sifat Kapsul :
    Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
    Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan
    Absorbsi obat lebih baik daripada kapsul keras karena bentuk ini setelah cangkangnya larut obat langsung dapat diabsorbsi.
    Sediaan ini tidak dapat diberikan dalam bentuk sediaan pulveres
    Kapsul keras tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik, dan mempunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan.
    Kapsul lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet.

B. TABLET (Compressi = Tabulae)
Tablet adalah bentuk sediaan padat, yang dibuat secara kempa cetak, memiliki bentuk rata atau cembung dan atau rangkap dengan permukaan rata atau bulat, yang mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan berupa bahan pengisi, pengembang dan pembasah. Tablet yang memiliki bentuk silindris di pasaran disebut kaplet.

Sifat Tablet :
    Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.
    Tidak tepat untuk obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan dan obat yang bersifat iritatif.
    Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas bahan aktif.
    Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang dapat berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari.

Cara Mengenal Kerusakan Tablet :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna, berbau, tidak kompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau benyek.

Cara Penyimpanan Tablet :
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat yang sejuk dan terlindung dari paparan sinar matahari.

Penggolongan Tablet Berdasarkan Bentuk, Kegunaan dan Cara Pembuatan
1. Tablet Bersalut Gula atau Tablet Hisap (Lozenges; Trochici)
Bentuk sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar yang memiliki rasa manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Sifat :
    Tablet secara perlahan melarutkan dan melepaskan bahan aktif sehingga absorbsi obat juga lambat dan obat berefek panjang.
    Untuk efek lokal, lamanya pemberian tergantung lamanya obat dapat tinggal dalam rongga mulut, mengandung obat antibiotik atau antiseptik
    Merupakan pilihan lain BSO, terutama untuk terapi lokal batuk dan sumbatan nasal;
    Bentuk sediaan seperti cincin untuk mencegah tersedak ;
    Rasanya manis sehingga mudah diberikan pada anak-anak ;
    Mudah hancur dalam mulut dan beraksi langsung pada mukosa mulut, pharynx dan saluran nafas bagian atas.
2.    Tablet Kempa
Tablet yang dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk dan granul yang telah diletakan dalam lubang cetakan. Tablet kempa ini dibuat dengan 3 metode yaitu granulasi basah (granul dibasahi sebelum dikempa), granulasi kering (granul dibiarkan kering saat proses pengempaan, dan kempa langsung.

3.    Tablet Cetak
Tablet yang dibuat dengan cetak pembuatannya menggunakan tekanan rendah. Tekanan yang rendah inilah yang menjadikan tablet cetak agak rapuh dibandingkan tablet kempa.

4. Tablet Sublingual
Tablet sublingual yang penggunaannya diletakkan tablet dibawah lidah, agar zat aktif dapat diserap secara langsung melalui mukosa pada mulut.
Sifat :
    Daya kerja obat lebih cepat karena kelarutan dalam air tinggi sehingga efek obat dapat bertahan lebih lama ;
    Obat tidak melalui proses metabolisme dalam hati ;
    Tidak cocok untuk obat yang rasanya pahit.

5. Tablet Kunyah (CHEWABLE TABLET)
Tablet kunyah dimana cara penggunaannya dengan cara dikunyah, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit, tablet ini umumnya menggunakan bahan seperti manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai pengikat dan pengisi yang mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa tablet.
Sifat :
    Tablet tidak mengandung bahan pemecah tablet sehingga perlu dikunyah agar obat efektif ;
    Bahan aktif obat cepat dilepas oleh bahan tambahan sehingga obat cepat bekerja;                 


5. Tablet Effervescent
Tablet selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam seperti asam sitrat, asam tartar dan Natrium bikarbonat, apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbondioksida yang akan memberikan rasa segar.
Sifat :
    Memberikan rasa manis dan segar ;
    Bahan aktif obat cepat diabsorbsi dan dapat mengurangi iritasi lambung ;
    Harga relatif mahal karena biaya produksi tinggi.

6.    Tablet Bersalut
Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang relatif tidak larut dalam asam lambung, tetapi larut dalam usus halus.
Tujuan penyalutan tablet :
1. Melindungi zat aktif dari paparan udara, kelembaban, atau cahaya ;
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak ;
3. Menghindari obat menjadi tidak aktif dalam saluran cerna dan agar obat tidak mengiritasi saluran cerna.

Penggolongan Tablet Bersalut
a. Tablet Bersalut Gula
Tablet bersalut gula adalah tablet yang disalut dengan gula dari suspensi dalam air suling yang mengandung bahan serbuk tidak larut seperti pati, talk atau titanium dioksida, yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin, pada akhirnya berat tablet bertambah 30-50%.
Sifat :
    Mudah ditelan karena lebih licin ;
    Bahan aktif lebih stabil karena disaluti ;
    Cocok untuk obat yang rasa dan bau yang tidak enak ;
    Memperpanjang masa kerja obat di tempat pengobatan.

b. Tablet Salut Film
Tablet Salut Film adalah bentuk sediaan ini merupakan tablet kempa cetak yang disalut dengan bahan yang merupakan turunan selulosa (film) yang tipis/transparan, dan hanya menambah berat tablet 2-3%.

Sifat :
    Bahan aktif lebih stabil dibanding tablet biasa ;
    Cocok untuk bahan obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan.

c. Tablet Salut Enterik
Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah melewati lambung, dilakukan untuk obat yang rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi lambung.
Sifat :
    Absorbsi obat terjadi didalam usus ;
    Bentuk ini tepat untuk bahan obat yang iritatif

7. Tablet Multilayer
Tablet multilayer adalah bahan obat yang dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi diatas tablet yang dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk tablet multilayer.

8. Tablet Forte
Tablet forte adalah tablet yang mempunyai komposisi sama dengan komponen tablet biasa tetapi mempunyai dosis yang lebih tinggi dari tablet biasa.

9. Tablet Pelepasan Terkendali
Tablet Pelepasan Terkendali adalah tablet yang dibuat dengan bahan aktif yang tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Sediaan ini umumnya ditelan secara utuh, tidak boleh dikunyah dan atau digerus.
Sifat :
    Dapat stabil dalam transportasi dan penyimpanan ;
    Pelepasan dari bahan aktif dapat melalui difusi, dilusi, tekanan osmosis atau pertukaran ion ;
    Mempertahankan efek terapi untuk batas waktu yang lama ;
    Mengurangi frekuensi pemberian sehingga ketaatan pasien bertambah ;




3.    Bentuk Sediaan Obat Cair (Solutiones-Mixturae-Elixira)
Larutan adalah bentuk sediaan cair yang mengandung satu atau lebih obat dalam pelarut air suling kecuali dinyatakan lain yang digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau dimasukkan ke dalam ringga tubuh.

Cara Mengenal Kerusakan :
Secara makroskopis kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna, berbau, timbul kristal atau adanya endapan.

Cara Penyimpanan :
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, ditempat kering pada suhu kamar dan terlindung dari paparan sinar matahari.

Penggolongan Bnetuk Sediaan Obat Cair
a. Larutan (Solutio)
Larutan adalah bentuk sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut.

Sifat :
    Obat homogen dan absobsi obat cepat ;
    Mudah pemakaiannya dan cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak dan manula ;
    Tidak sesuai diberikan untuk obat-obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan ;
    Untuk obat yang rasanya pahit dan baunya tidak enak dapat ditambah pemanis dan perasa.

b. Sirup
Bentuk sediaan cair yang mengandung Saccharosa atau gula. larutan Sukrosa hampir jenuh dengan air suling, dan sediaan cair yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.

Sifat :
    Lebih homogen ;
    Lebih kental dan lebih manis dibandingkan dengan larutan ;
    Sesuai untuk anak-anak maupun dewasa.

Sirup Kering :
Sirup kering adalah bentuk sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari bahan obat, pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya, kecuali pelarut. Apabila akan digunakan ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk sediaan suspensi.

Sifat :
    Pada umumnya bahan obat adalah antimikroba atau bahan kimia lain yang tidak larut dan tidak stabil dalam bentuk cairan dalam penyimpanan lama ;
    Memiliki rasa cocok untuk bayi dan anak ;
    Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel.

c. Suspensi
Suspensi adalah bentuk sediaan cair yang mengandung partikel padat yang tidak dapat larut tetapi dapat terdispersi dalam medium cair.

Sifat :
    Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak dan manula ;
    Memiliki rasa enak ;
    Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel.

d. Emulsi
Emulsi adalah bentuk sediaan obat yang mengandung dua atau lebih yang tak dapat bercampur, biasanya dalam fase air dan minyak dimana cairan satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain membentuk dua lapisan air dan minyak yang terpisah.

e. Eliksir
Eliksir adalah larutan yang mengandung etanol sebagai kosolven, untuk mengurangi jumlah etanol bisa ditambah kosolven lain seperti gliserin dan propilenglikol, tetapi etanol harus ada untuk dapat dinyatakan sebagai eliksir. Kadar alkohol antara 3-75%, biasanya sekitar 3-15%, Alkohol selain sebagai pelarut, juga pengawet atau korigen saporis.

Sifat :
    Cocok untuk penderita yang sukar menelan ;
    Eliksir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk sediaan sirup.
f. Tingtura
Tingtura adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Secara tradisional tingtura tumbuhan berkhasiat obat mengandung 10% bahan tumbuhan, sebagian besar tingtura tumbuhan lain mengandung 20% bahan tumbuhan.
Sifat :
    Homogen dan bahan obat lebih stabil ;
    Kadar alkohol yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme ;
    Dapat terjadi perubahan jika terkena sinar matahari.
   
g. Gargarisma
Gargarisma adalah bentuk sediaan obat yang pemakaiannya dengan cara dikumur sampai tenggorokan, dan tidak untuk ditelan.

h. Guttae
Guttae adalah bentuk sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan pada tempat pengobatan.
Tetes Oral :
Sifat:
    Cocok untuk bayi dan anak ;
    Memiliki rasa ;
    Bahan obatnya berkhasiat sebagai antimikroba, analgetika antipiretika, vitamin, antitusif, dekongestan.
Tetes Mata :
Sifat :
    Harus bebas mikroba, steril dan jernih ;
    Obatnya harus stabil secara kimia;
    Isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas optimal ;
    Untuk pemakaian berganda perlu tambah pengawet.
Tetes Telinga :
Sifat :
    Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai kekentalan yang cocok (misal gliserol, minyak nabati, propilen glikol) sehingga dapat menempel pada liang telinga ;
    pH sebaiknya asam ± 5-6.
Tetes Hidung :
Sifat :
    pH sekitar 5,5 sampai 7,5 ;
    pada umumnya ditambahkan bahan pengawet dan stabilisator.

h. Lotion
Lotion adalah bentuk sediaan cair yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit.
Sifat :
    Sebagai pelindung atau pengobatan tergantung komponennya ;
    Sesudah dioleskan dikulit, segera kering dan meninggalkan lapisan tipis komponen obat pada permukaan kulit ;
    Bahan pelarut berupa air, alkohol, gliserin atau bahan pelarut lain yang cocok.

4. Bentuk Sediaan Obat Semi Padat
Cara mengenal kerusakan :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat adanya perubahan warna, berbau tengik, dan lewat kadaluwarsa.

Cara Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk, kering, dan terlindung dari paparan sinar  matahari.

a. Salep (UNGUENTA)
Salep adalah sediaan setengah padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu, dengan bahan obat yang terkandung harus terdispersi homogen. Umumnya memakai dasar salep Hidrokarbon ( vaselin album dan vaselin flavum ), dan dasar salep Absorbsi (adeps lanae, dan lanolin ).
Sifat :
- Daya penetrasi paling kuat bila dibandingkan dengan bentuk sediaan padat lainnya.
- Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
- Obat kontak dengan kulit cukup lama sehingga cocok untuk dermatosis yang kering dan kronik serta cocok untuk jems kulit yang bersisik dan berambut.
- Tidak boleh digunakan untuk lesi seluruh tubuh.
SALEP BERLEMAK ( FATTY OINTMENT )
Suatu sediaan obat berbentuk setengah padat yang mudah dioleskan, bahan obat hares terdispersi homogen dalam dasar salep yang bebas air ( berlemak )
Sifat :
- Absorbsi obat cukup baik
- Basisnya bebas air sehingga obat dapat kontak dengan kulit cukup lama
- Dapat berfungsi sebagai pendingin
- Cocok untuk jenis kulit yang kering dan dermatosa kronis
SALEP MATA
Sifat :
- Steril dan obat dapat kontak lama dengan mata sehingga lebih efektif dibandingkan
dengan tetes mata.
- Stabil dalam penyimpanan dan transportasi
- Bahan dasar tidak mengiritasi mata (adeps lanae, vaselin flavum, paraffin liq )
- Cocok untuk penggunaan malam hari.
b. GEL
Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan lengket yang mencair waktu kontak dengan kulit, mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak berminyak. Pada umumnya menggunakan bahan dasar larut dalam air ( PEG, CMG, Tragakanta )
Sifat :
- Obat dapat kontak kulit cukup lama dan mudah kering
- Dapat berfungsi sebagai pendingin dan pembawa obat
- Bahan dasar mempunyai efek pelumas tidak berlemak sehingga cocok untuk dermatosa kronik
- Biasanya untuk efek lokal, pemakaian yang terlalu banyak dapat memberikan efek sistemik.

c. CREAM
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat berupa emulsi 0/W atau emulsi W/O.
Sifat :
- Absorbsi obat cukup baik dan mudah dibersihkan dari kulit
- Kurang stabil dalam penyimpanan karena banyak mengandung air dan mudah timbul jamur bila sediaan dibuka segelnya.
- Dapat berfungsi sebagai pelarut dan pendingin
- Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut.

d. PASTA
Masa lunak dibuat dengan cara mencampurkan bahan obat yang berbentu serbuk dalam jumlah besar ( 40 — 60% ), dengan vaselin atau paraffin cair atau bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilage, sabun.
Sifat :
- Obat dapat kontak lama dengan kulit
- Sediaan ini cocok untuk dermatosa yang agak basah ( Sub akut atau kronik )
- Dapat berfungsi sebagai pengering, pembersih, dan pembawa
- Tidak bisa digunakan untuk kulit yang berambut dan dermatosa yang eksudatif
- Untuk lesi akut dapat meninggalkan kerak vesikula

5. BENTUK SEDIAAN LAIN
a. Bentuk Sediaan Obat GAS/ AEROSOL
Sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, sedangkan cara penggunaanya dengan ditekan pada tutup botol sehingga memancarkan cairan dan atau bahan padat dalam media gas. Produk aerosol dapat dirancang untuk mendorong keluar isinya dalam bentuk kabut halus, kasar, semprotan basah atau kering atau busa.
INHALASI
Obat atau larutan obat yang diberikan lewat nasal atau mulut dengan cara dihirup dimasudkan untuk kerja setempat pada cabang-cabang bronchus atau untuk efek sistemik lewat paru-paru.
SPRAY
Larutan air atau minyak dalam tetesan kasar atau sebagai zat padat yang terbagi halus untuk digunakan secara topical, saluran hidung, faring atau kulit
Cara Penyimpanan :
Ditempat yang terlindung dari cahaya matahari, pada temperatur kamar (T<30°C derajat celcius) dan di tempat yang kering.
Sifat :
- Merupakan suatu sistem koloid lipofob. Apabila berupa cairan, ukuran partikel antara 2-6 mikron untuk pemakaian sistemik
- Bahaya kontaminasi dapat dihindari
- Dapat dipakai pada daerah yang dikehendaki
- Dapat digunakan sebagai obat dalam ( inhalasi ) maupun obat luar.
- Mudah cara penggunaanya
- Untuk topical dapat dihindari efek iritatif
- Harganya mahal karena biaya produksi tinggi
b. INJEKSI
Sediaan steril berupa larutan, suspensi, atau serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral.
Sifat :
- Cocok untuk penderita dalam keadaan tidak kooperatif, tidak sadar, atau keadaan
darurat.
- Obat bekerja dengan cepat
- Cocok untuk obat yang dirusak oleh asam lambung
- Untuk bentuk kristal steril biasanya obat tidak tahan lama atau tidak stabil dalam larutan
- Harga obat relatif lebih mahal
- Pemberian obat memerlukan spuit injeksi.
Cara mengenal kerusakan :
Untuk sediaan cair : Secara makroskopik dapat dilihat adanya perubahan warna, berbau, timbul kristal atau endapan, dan tidak bias bercampur dengan baik apabila dilakukan pengocokan.
Untuk sediaan kering : Timbul perubahan warna dan penggumpalan, sebelum dicairkan
Cara Penyimpanan :
Sediaan cair : Disimpan ditempat kering, pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari
Sediaan kering : Disimpan ditempat kering, pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya matahari (belum dicairkan ) , disimpan dialmari es ( setelah dicairkan ).

c. VAGINAL DOSAGE FORM
Sediaan ini untuk vagina dapat berbentuk cair, padat, setengah padat yang cara penggunaannya dengan menggunakan aplikator (alat khusus) dimasukkan kedalam liang vagina sedalam-dalamnya. Untuk Tablet vagina dapat dimasukkan langsung dalam rongga vagina. Berefek lokal sebagai antiseptik, antiinfeksi, dan kouterisasi.

d. SUPPOSITORIA
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang mengandung obat, cara penggunaanya dengan memasukkanya kedalam salah satu rongga tubuh.Suppositoria yang dimasukkan rectum disebut Suppositoria rectal dan bertujuan untuk efek lokal atau sistemik, sedang yang dimasukkan vagina disebut ovula, untuk efek lokal
- Untuk tujuan sistemik cocok untuk obat-obat yang :
a. iritasi dan toksik di Gastrointestinal
b. tidak stabil pada pH Gastrointestinal
c. dirusak oleh enzim di Gastrointestinal
d. rasa tidak menyenangkan.

- Dalam pemakaiannya perlu diperhatikan tentang :
a. Kegiatan pasien dalam hal cara penggunaan dan waktunya, agar mendapatkan efek yang optimal ( pagi hari setelah defekasi dan atau malam hari menjelang tidur, sambil tiduran ).
b. Absorbsi bahan aktif sering tidak sempurna.
c. Dapat menyebabkan proktitis

- Sediaan ini cocok untuk pasien yang :
a. Mual,muntah atau post operatic, gangguan mental atau tak sadar
b. Terlalu muda atau terlalu tua

Cara mengenal kerusakan :
Sediaan lunak, timbul kristal berbau tengik sebaiknya jangan digunakan.
Cara Penyimpanan :
Dalam wadah tertutup rapat dan sejuk. Untuk sediaan suppositoria dengan vehikulum O1. Cacao/minyak lemak yang lain, sebaiknya disimpan di almari es.

e. PENGGUNAAN OBAT TRANSDERMAL
Suatu sistem dimana bahan obat yang terdapat pada permukaan kulit menembus beberapa lapisan kulit dan masuk sirkulasi sistemik. Bentuk sediaan ini terdapat beberapa ukuran yang berhubungan dengan konsentrasi obat. Cara penggunaanya tergantung bahan obat, ada yang ditempelkan dipunggung, lengan atas, pundak, belakang telinga.
Sifat :
- Menghindari kesulitan obat diabsorbsi karena dirusak oleh pH lambung, aktivitas enzim,
interaksi obat dan makanan.
- Cocok untukPenderita mual, muntah, diare
- Menghindari obat lewat lintas utama
- Menghindari resiko terapi secara parenteral
- Memperpanjang aktivitas obat yang mempunyai waktu paruh pendek.
- Memungkinkan terapi yang berhari-hari dengan pemakaian tunggal
- Memungkinkan penghentian efek obat secara cepat
- Memungkinkan percepatan identifikasi apabila terjadi keadaan darurat

PRINSIP PEMILIHAN BENTUK SEDIAAN OBAT PADA PRESKRIPSI
Dalam memilih atau menentukan bentuk sediaan obat perlu memperhatikan faktor bahan obat, dan keadaan penderita, agar terapi dapat tercapai dengan baik.
A. BAHAN OBAT
1. Sifat fisika-kimia obat
a. Higroskopis, lebih baik dibuat cairan. Obat tidak stabil dalam cairan, sebagai contoh asetosal apabila dibuat minuman akan tenuai menjadi asam salisilat dan asetaldehid, oleh karena itu sebaiknya dibuat cairan ;
b. Apabila bahan tidak larut dalam air, dapat dipilih bentuk sediaan padat, seandainya dipilih cairan ukuran partikel hams kecil sehingga absorpsinya lebih cepat ;
c. Bahan dirusak oleh asam lambung, sebaiknya diberikan dalam bentuk injeksi secara parenteral atau apabila bentuk sediaan padat dipilih bentuk tablet salut enterik.
2. Hubungan aktivitas-struktur kimia obat
a. Derivat barbiturat (short-acting) diberikan dalam bentuk sediaan injeksi ;
b.Derivat barbiturat (long acting) diberikan dalam bentuk sediaan padat yaitu pulveres, tablet atau kapsul ;
3. Sifat farmakokinetik bahan obat
Obat yang mengalami first past effect di hati sebagai contoh isosorbidi dinitrat diberikan secara sub lingual atau nitrogliserin secara transdermal.



Referensi :
1. Ansel Howard C., 1990. Introduction to phamaceutical Dosage Forms. Lea & Febiger, Philadelphia
2. Nanizar Z.J., 1994. Ars Prescribendi Resep yang rasional. Jilid 1,2 dan 3. Universitas Airlangga Press, Surabaya

Comments

Popular posts from this blog

BAHASA LATIN DALAM ILMU FARMASI DAN KEDOKTERAN

Sebelum menuliskan resep bagi dokter dan sebelum meracik obat bagi apoteker sangatlah perlu mempelajari bahasa latin. Bahasa latin adalah bahasa universal dan merupakan bahasa para ahli kesehatan. Alasan penggunaan bahasa latin dalam resep : 1. Bahasa latin merupakan bahasa internasional dalam ilmu medis (kedokteran dan farmasi) 2. Bahasa latin merupakan bahasa yang mati, artinya tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga tidak berkembang dengan pembentukan kosa kata baru 3. Dengan menggunakan bahasa latin tidak akan terjadi dualisme pengertian bahan/zat yang dimaksud dalam resep 4. Menjaga kerahasiaan dalam hal tertentu karena faktor psikologis pada penderita yang sebaiknya tidak perlu mengetahui bahan obat apa yang diberikan kepadanya   Berikut ini Daftar Singkatan Latin dan terjemahnnya yang umumnya ada dalam resep obat: A a, aa = tiap-tiap accur. = seksama add. = tambahkan ad. us. ext. (ad usum externum) = dalam pemakaian luar ad

Pelayanan Resep Narkotika Dan Psikotropika

Salah satu pelayanan resep yang membutuhkan perhatian khusus yaitu resep narkotika dan psikotropika. Syarat dan penanganan resep narkotika yaitu : 1. Resep harus diskrining terlebih dahulu a. Harus resep asli (bukan copy resep) b. Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas c. Tidak boleh ada tulisan „iter. yang artinya dapat diulang d. Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus cognitus) yang artinya cara pakai diketahui 2. Obat narkotika di dalam resep diberi garis bawah tinta merah 3. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus dibuat resep baru 4. Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep yang lain 5. Jika pasien hanya meminta ½ obat narkotika yang diresepkan, maka diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut, tetapi copy resep tersebut hanya dapat ditebus kembali di apotek tersebut yang menyimpan resep aslinya, tidak bisa di apotek lain. 6. Jika pasien sedang berada di luar kota, maka cop

Pembuatan Resep Serbuk (Pulvis/Pulveres)

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu, sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sedikit, kemudian diayak, biasanya menggunakan pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung lemak, harus diayak dengan pengayak nomor 44. Jika jumlah obat kurang dari 50 mg atau jumlah tersebut tidak dapat ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan yang cocok. Serbuk berdasarkan cara pemberiannya dibedakan menjadi 2, yaitu : 1. Pulvis / serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak dibagi dan bebas dari butiran kasar serta biasanya dimaksudkan untuk obat luar. Penimbangan Bahan : Diazepam = 2 mg × 10 = 20 mg Dexamethason 0,5 mg = ¼ × 10 = 2.5 tablet SL/Laktosum = 100 mg x 10 = 1000 mg = 1 g Perhitungan DM untuk 9 tahun : 1. Diazepam (DM -/40 mg) 1 hari = 9/20 × 40 mg = 18 mg % DM 1 hari = (2 mg x 2)/18 mg x 100% = 22.2% Pengenceran Diazepam : Ambil : Di